Malioboro Yogyakarta
Malioboro Yogyakarta merupakan salah satu nama jalan dari empat jalan yang membentang lurus dari Tugu Jogja hingga kraton Yogyakarta. Dari keempat tersebut yang pertama adalah Margo Utomo, kemudian terusannya setelah rel Kereta api itu bernama Malioboro dan lanjutannya adalah Margomulyo. Kemudian dari perempatan Kantor Pos atau sering orang menyebut 0 km hingga Kraton adalah Jalan Pangurakan. Sekarang jalan tersebut berubah nama menjadi Jl. Mangkubumi dan Jl. Jendral Ahmad Yani, menurut Caknun dalam websitenya https://caknun.com/ : wacana, filosofi dan kesadaran sejarah tentang jalan itu sudah mengalami perubahan dan penyempitan dari falsafah karakter manusia ke catatan romantisme sejarah. Bahkan Malioboro yang kita kenal sekarang adalah Pariwisata, kapitalisme dan hedonisme pop.
Masih Menurut Cak Nun dari websitenya, Nama jalan yang membentang dari Tugu Jogja hingga Kraton Yogyakarta itu memiliki makna yang mendalam.
![]() |
Jl. Malioboro |
Filosofi Malioboro
Ketika berdiri, kepemimpinan Kesultanan Yogyakarta meyakini bahwa setiap manusia sebaiknya memastikan dirinya menempuh “Jalan Utama” (Margo Utomo; Margo itu jalan Utomo adalah Utama). Dalam penafsirannya bisa beragam. Bisa pengutamaan akal dan budi yang bukan menomersatukan pencapaian kekuasaan, kesejahteraan ekonomi atau eksistensialisme “ Ngelmu Katon’ atau kemasyuran yang pop dan industrial. Bisa juga jalan utama adalah “berbadan sehat, berbudi tinggi, pengetahuan yang luas, berpikiran bebas’, atau apapun yang pada intinya memaksimalkan peran kemanusiaan untuk fungsi manusia “ Rahmat bagi seluruh alam semesta”.
Untuk menguji diri dalam pemilihan jalan utama, maka kemudian setelah Jalan Margo Mulyo adalah Jalan Malioboro.
Menurutnya Malio-boro berasal dari dua kata yaitu “Malio” yang berarti Jadilah Wali, yang mengelola posisi kekhalifahan, menjadi wakil tuhan untuk memperinda dunia, “mamayu hayuning bawana”. Dan “Boro” yang berarti mengembara. Malioboro berarti Jadilah Wali yang mengembara; mengeksplorasi potensi-potensi kemanusiaan, penjelajah intelektual, eksperimentasi kreatif, berkelana di langi rohani. Yang kemudian nantinya akan tiba di jalan Kemuliaan (Margo-Mulyo). Dalam idiom islam, yang diperoleh bukan hanya ilham (Inspirasi) dari Tuhan, Tapi juga Fadhilah (Kelebihan), Ma’munah (Keistimewaan) dan Karomah (Kemuuliaan).
Kemudian di ujung jalan, setelah perempatan Kantor Pos Besar, diujung jalan Margo Mulyo, kita akan menapaki Jl. Pangurakan. Jiwanya sudah “urakan” (Ingat Perkemahan Kaum Urakan-nya Rendra di awal 1970an?); sudah berani mentalak kepentingan dunia dari hatinya, “ ya dunya ghurri ghoiri, laqat thalaqtuka tsalatsatan”: wahai dunia, rayulah yang selain aku saja, sebab kamu sudah ku talak tiga. Bahkan “dirinya sendiri” sudah ditalak, karena “diri Sejati” adalah kesediaanya untuk berbagi, kerelaaanya untuk menomorsatukan orang banyak. Parameter manusia bukanlah “siapa dia”, melainkan “seberapa pengabdiannya kepada sesama” (disadur dari tulisan Caknun di websitenya: https://caknun.com/ )
Urakan yang dimaksud adalah perilaku mendobrak kezaliman dengan ketulusan dan niat baik, melalui cara-cara yang unik, yaitu dengan tetap menganut tata krama dan bukan hanya polesan sopan santun artifisial. Urakan disini berbeda dengan kurang ajar, kurang ajar identik dengan perilaku melanggar aturan dengan niat hanya sekedar melanggar dan gaya-gayaan, tidak ditunjang dengan integritas moral dan niat baik. Pangurakan adalah jalan yang ditempuh oleh seorang umat yang memiliki derajat yang sangat tinggi disisi Tuhannya. Derajat Pangurakan didapat melalui tingkatan- tingkatan spiritual yang telah tertempuh sebelumnya sebelum sampai di Jl. Pangurakan seperti yang diuraikan diatas. Manusia yang sudah mencapai taraf ini sudah tidak terpengaruh dengan dinamika kehidupan duniawi. Sedih dan senang sudah melebur manunggal menjadi hal lumrah dan wajar, karena ia sudah sangat mafhum dan paham bahwa itu adalah qodha dan qadar illahi. Hidupnya hanya tentang Tuhan dan Tuhan. Eksistensi diri sudah tidak diperdulikan, ia lebih nyaman dalam pengabdian kepada sesama di dalam masyarakat. (Sumber: Kompasiana )
Asal-usul Nama Malioboro
Ada berbagai virsi tentang asal muasal nama Jl. Malioboro, ada yang mengatakan berasal dari bahasa sansekerta, yang berarti karangan bunga. Karena di zaman dahulu jalan ini dipenuhi oleh karangan bunga setiap kali Kraton menggelar acara ataupun Hajatan.
Ada versi lain yang menyebutkan bahwa nama jalan di ambil dari seorang bangsawan Inggris, Malborough, yang tinggal di Yogyakarta antara tahun 1881-1816.
Namun dari berbagai versi tersebut penulis lebih memilih Malioboro berdasarkan Tulisan Caknun diatas, karena memiliki pemaknaan yang lebih dalam bagi kita untuk senantiasa menjadi sebuah pembelajaran ataupun pengingat bagi kita dalam menapaki jalan kehidupan.
Malioboro di Masa Kini
Saat ini Malioboro menjadi jalan paling Populer di Yogyakarta, ribuan bahkan Jutaan wisatawan yang datang ke Jogja pasti menjadikan Malioboro menjadi destinasi yang wajib mereka kunjungi.
Malioboro sudah menjadi semacam pusat wisata belanja oleh-oleh khas Yogyakarta. Di Sepanjang jalan,baik yang berada di emperan toko, didalam toko maupun pasar, kita dapat menemukan berbagai souvenir khas Yogyakarta mulai dari kaos, batik, kerajinan tangan sandal, tas rajut, aksesoris, bakpia, yangko dan berbagai makanan khas Yogyakarta.
Bagi anda yang ingin menikmati Kuliner, di Jalan malioboro terdapat deretan pedagang kaki lima yang menawarkan berbagai sajian sederhana khas jogja. Namun anda perlu hati hati karena ada beberapa oknum pedagang kaki lima yang kadang nakal jika anda sebelumnya tidak menanyakan harga makanan yang akan anda beli.
Di sepanjang jalan Malioboro anda akan menemukan beberapa Musisi Jalanan yang kreatif dengan berbagai alat musiknya. Alunan musik angklung yang di mainkan musisi jalanan ini akan menambah kentalnya suasana budaya Jogja.
Untuk benar-benar menikmati dan merasakan aura Jogja sebenarnya lebih terasa jika anda nikmati dengan berjalan kaki, namun jika anda tidak ingin capek anda dapat menggunakan berbagai moda transportasi khas jogja seperti Becak ataupun Delman yang tersedia disepanjang Jl. Malioboro. Dengan biaya yang tentunya cukup terjangkau anda dapat berkeliling di Jalan Malioboro dan sekitarnya.
Tempat Menarik di sekitar Jl. Malioboro
Malioboro bukan saja tentang Oleh-oleh dan belanja, namun di sepanjang jalan Malioboro dan sekitarnya, terdapat beberapa tempat yang juga menjadi tujuan wisata. Berikut ini merupakan tempat-tempat menarik di sekitar jalan Malioboro:
Tugu Jogja
Mulai dari yang paling ujung jalan, terdapat Tugu Jogja yang juga sangat terkenal. Rasanya belum ke Jogja kalau anda tidak menyempatkan mampir ke Tugu Jogja. Jika anda ingin berkunjung untuk sekedar berfoto-foto, kami sarankan untuk datang di malam hari saat lalu lintas tidak terlalu padat, karena tugu Jogja berada di tengah perempatan yang lumayan padat di jam-jam tertentu.
![]() |
Sumber gambar: http://www.sewamobiljogja.info/ |
Angkringan Kopi Joss
Dari tugu kemudian kita melanjutkan perjalanan ke selatan, tepatnya di sebelah utara Stasiun Tugu Yogyakarta anda akan menemukan begitu banyak penjual angkringan yang menjajakan berbagai makanan dan minuman khas angkringan. Yang paling fenomenal tentunya Nasi Kucing dan Kopi Joss, Penasaran dengan Kopi Jos dan Nasi Kucing? Datang langsung aja ya ke Jogja, atau kalau anda sabar tunggu aja pstingan berikutnya.
Merupakan stasiun kereta api kelas besar yang terletak di Kota Yogyakarta. Stasiun ini terletak diketinggian kurang lebih 113 meter. Stasiun ini melayani pemberangkatan dan kedatangan hampir semua kelas kereta api, kecuali Kereta Api kelas ekonomi subsidi. Stasiun besar lainnya di Kota Yogyakarta adalah Stasiun Lempuyangan, yang khusus hanya melayani kelas ekonomi dan Kereta api Lokal/ Komuter.(Wikipedia.org)
Stasiun Tugu Merupakan rangkaian proyek besar pemerintah Kolonial Belanda di Pulau Jawa yang memiliki hasil bumi yang melimpah. Pada tahun 17 Juni 1864, Gubernur Jendral Mr. LA.J.W Baron Sloet Van Beele meletakkan batu pertama pembangunan rel kereta api dipulau jawa. Jalur tersebut dikelola oleh Nederlandsch-indische Spoorweg Maatschappij, perusahaan perkeretaapian hindia Belanda, yang beroperasi mulai 10 Agustus 1867 dengan Hubungan Jalur Kota Semarang dan Tanggung, Surakarta. Perkembangan kereta api semakin cepat dengan sang Gubernur meneruskan pembangunan jalur kereta sepanjang 166 kilometer kearah kota jogja. Stasiun Lempuyangan yang pertama kali di bangun dan beroperasi pada 2 Maret 1872 sedangkan Stasiun Tugu mulai digunakan pada 2 Mei 1887.
Awalnya, Stasiun Tugu sangat Kecil dengan pelayanan tidak seberapa dibanding stasiun kereta di kota lain diNusantara. Namun kini Stasiun Tugu telah menjelma menjadi sebuah stasiun besar yang nyaman, bersih, dan pelayanan yang memuaskan untuk mengantarkan pra penumpang ke berbagai kota di Indonesia. Stasiun Tugu kini menjadi salah satu Stasiun yang Membanggakan bagi rakyat Yogyakarta.
Pasar Beringharjo
Pasar ini merupakan pasar tertua dengan nilai histori dan filosofi yang tidak dapat dipisahkan dengan Kraton Yogyakarta. Beringharjo memiliki makna harafiah hutan pohon beringin yang diharapkan dapat memberikan kesejahteraan bagi warga Yogyakarta. Ada berbagai barang yang dapat anda temukan di pasar ini; mulai dari batik, jajan pasar, pakaian anak dan dewasa, tas etnik, souvenir, kebutuhan rumah tangga, bahan dasar jamu tradisional, makanan cepat saji, sembako hingga barang antik.
![]() |
Sumber: http://kresnatourjogja.com/ |
Sejarah Pasar Beringharjo tidak lepas dari sejarah berdirinya Kraton Yogyakarta pada tahun 1758. Wilayah yang pada awalnya hutan beringin ini dijadikan tempat transaksi ekonomi oleh warga Yogyakarta dan sekitarnya (lebih lengkap tentang sejarah Pasar Beringharjo dapat anda baca di sini; https://id.wikipedia.org/wiki/Pasar_Beringharjo
Gedung Agung Yogyakarta
Gedung agung atau Istana Keprisedanan Yogyakarta terletak diujung selatan Jl. Akhmad Yani, kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kotamadya Yogyakarta. Komplek istana yang dibangun diatas lahan seluas 43.585 meter persegi ini terletak di pusat keramaian kota , jantung kota Yogyakarta yang menghadap ke timur bersebrangan dengan Museum Benteng Vrederburg, bekas benteng Belanda.
Istana kepresidenan Yogyakarta yang dikenal dengan nama Gedung Agung atau Gedung negara ini penamaannya berkaitan dengan salah satu fungsi gedung utama istana, yaitu sebagai tempat penerimaan tamu-tamu agung. Istana ini merupakan salah satu istana dari keempat istana kepresidenan lainnya, yang memiliki peran amat penting dalam sejarah kemerdekaan dan kehidupan bangsa Indonesia.
Pada tanggal 6 Januari 1946, Kota Yogyakarta menjadi Ibu kota baru Republik Indonesia dan istana ini berubah menjadi istana kepresidenan, tempat tinggal Presiden Soekarno beserta keluarganya, sedangkan Wakil Presiden Momammad Hatta tinggal di gedung yang sekarang ditempati Korem 072/Pamungkas. Sejak itu istana Kepresiden Yogyakarta menjadi saksi peristiwa penting yang diantaranya Pelantikan Jendral Sudirman sebagai Panglima Besar TNI pada 3 Juni 1947 dan sebagai Pucuk Pimpinan angkatan perang Republik Indonesia.
Musium Beteng Vrederburg
Musium Beteng Vredeburg adalah sebuah benteng yang terletak di depan Gedung Agung dan Kraton Kesultanan Yogyakarta. Sekarang benteng ini dimanfaatkan sebagai museum yang didalamnya terdapat diorama mengenai sejarah Indonesia.
Benteng ini dibangun sebagai pusat pemerintahan dan pertahanan residen belanda kala itu, dengan dikelilingi oleh sebuah parit (Jagan) yang sebagian bekas-bekasnya telah direkontruksi dan dapat dilihat hingga sekarang. Benteng berbentuk persegi ini mempunyai menara pantau (Bastion) di keempat sudutnya.
![]() |
Sumber Gambar:http://valyayasmina.blogspot.co.id/ |
Alun-Alun Utara
Alun alun utara yang dalam bahasa jawa biasa disebut alun-alun lor ini terletak di sebelah utara Kraton Yogyakarta. Fungsi alun alun utara ini di zaman dahulu sebagai tempat Acara ataupun Upacara kraton Yogyakarta yang di hadiri oleh Rakyat Yogyakarta.
Kraton Yogyakarta
Keraton Yogyakarta atau yang sering disebut dengan Keraton Ngayogyakarta hadiningrat ini terletak di selatan titik nol kilometer. Sebelah selatan Alun-alun Utara. Jika anda melihat dari sebelah alun-alun utara maka akan tampat Kraton Yogyakarta dan Alun Alun Utara sebagai Halaman depannnya.
![]() |
Kraton Yogyakarta |
Tamansari Yogyakarta
Tamansari adalah Taman Istana yang memiliki gaya arsitektur unik karena merupakan perpaduan antara gaya arsitektur Jawa dan Portugis, dalam pembangunnya Sultan Hamengkubuwono I dulunya memang dibantu oleh arsitek-arsitek dari Portugis
![]() |
Tamansari Yogyakarta |
.
Didalam tamansari terdapat Kolam, yang di masa itu menjadi tempat pemandian para putri dan selir-selir Raja. Hiasan-hiasan seperti air mancur yang berbentuk kepala naga dan pot-pot bunga di sekelilingnya menambah keindahan interior di tamansari.
Yang juga tak kalah menarik didalam area Tamansari ini terdapat Masjid Bawah Tanah. Untuk menuju masjid bawah tanah, anda harus melewati jalan yang berupa lorong-lorong panjang dan tangga-tangga. Gaya Arsitektur masjid ini tidak seperti masjid-masjid pada umumnya yang berbentuk persegi, namun berbentuk lingkaran. Ditengah-tengah masjid ini terdapat sumur yang disebut sumur Gumilang. Masjid ini dulunya merupakan surau yang sering digunakan Sultan untuk Sholat.
Semua tempat-tempat menarik di Jalan Malioboro dan sekitarnya tersebut merupakan destinasi wisata jogja yang dapat di kunjungi oleh umum untuk tujuan wisata yang memberikan pengetahuan dan pemahaman sejarah bagi anak anak dan generasi muda. Selamat Datang di Jogja (mingsiji)
Posting Komentar untuk "Malioboro Yogyakarta"